Sondag 05 Mei 2013

Peran Iman Dalam Meningkatkan Akhlakul Karimah



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
            Iman merupakan salah satu unsur utama yang harus dimiliki seorang muslim dan muslimah dalam rangka meningkatkan akhlakul karimah. Selain itu, saya berpendapat bahwa iman memiliki arti percaya yang dapat diwujudkan dengan membenarkan, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan yang tak lepas dari akhlakul karimah.
            Untuk lebih jelasnya, pengertian iman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000:1) yaitu kepercayaan kepada Tuhan (berkaitan dengan agama : keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, Nabi, Kitab Suci, Ketetapan dan Keteguhan hati). Sedangkan menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin (2000:2), iman adalah pengakuan yang melahirkan sikap menerima dan tunduk, kata beliau makna ini cocok dengan makna iman dalam istilah syari’at. Oleh karena itu, jika kita ingin memiliki akhlakul karimah, kita harus beriman (percaya) terlebih dahulu terhadap rukun iman serta menerima dan tunduk terhadap rukun iman tersebut.
            Diharapkan bagi kaum muslim dan muslimah dengan baik, agar memiliki akhlakul karimah sesuai ajaran islam dan sesuai perbuatan Nabi Muhammad SAW yang tidak lepas dari iman seseorang. Karena iman menurut Ahlusunnah Waljamaah (1999:2) merupakan ikrar dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota tubuh, maksud dari pernyataan diatas yaitu ‘Iman itu berupa ikrar dalam hati’ artinya hati menerima semua ajaran yang dibawa oleh Rasul shallallahu ‘alahi wa sallam. ‘Diucapkan dengan lisan’ artinya mengucapkan dua kalimat syahadat ‘asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah’. Sedangkan ‘Diamalkan dengan anggota tubuh’ artinya amal hati yang berupa keyakinan-keyakinan dan beramal dengan anggota tubuh yang lainnya dengan melakukan ibadah-ibadah sesuai dengan kemampuannya seperti pada firman Allah SWT dalam surah An-Nisa’ :136 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad SAW) dan kepada Kitab(Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh”.
            Sehubungan uraian diatas, maka penulis beranggapan jika seseorang tidak memiliki sikap iman maka orang itu termasuk orang yang merugi dunia dan akhirat serta orang itu telah mengingkari kehendak sang maha pencipta dan orang itu tidak termasuk orang yang memiliki akhlakul karimah. Karena akhlakul karimah itu merupakan manivestasi keimanan dan keislaman paripurna seorang muslim dan muslimah.
            Namun kenyataannya, uraian diatas sangat bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat. Buktinya masih banyak orang muslim dan muslimah yang beriman kepada Allah, namun masih suka menggosip atau membicarakan aib orang lain, selain itu adapula orang memiliki akhlakul karimah namun imannya masih kurang, contohnya dia selalu taat kepada orang tua, sopan santun, ramah dsb tetapi tingkat ibadahnya masih rendah.
            Berdasarkan fenomena yang ada, maka penulis memberikan penguatan yang berjudul “ Peran iman dalam meningkatkan akhlakul karimah” agar nantinya iman dan akhlakul karimah bisa kita laksanakan dan amalkan sesuai perintah Allah SWT agar kita tidak termasuk orang yang tersesat dan merugi baik di dunia maupun di akhirat kelak.
B.     RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, Adapun masalah yang dapat dirumuskan penulis adalah bagaimana peranan iman dalam meningkatkan akhlakul karimah seorang muslim dan muslimah
C.    TUJUAN PENULISAN
Dari rumusan masalah diatas, Adapun tujuan yang dapat dituliskan penulis adalah untuk mengetahui tentang peranan iman dalam meningkatkan akhlakul karimah seorang muslim dan muslimah







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Iman
1.      Pengertian Iman
Menurut KBBI (2001:4) secara bahasa , iman berarti membenarkan (tashdiq), sementara menurut istilah adalah mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan mengamalkan dalam perbuatannya. Adapun iman menurut pengertian istilah yang sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari- hari.

Iman adalah keterkaitan antara kalbu, ucapan, dan perilaku menurut Al-Sakawy dalam, Al-Maqasid, Al-Hasanah (1998:140).
Iman (bahasa Arab:الإيمان) secara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman (إيمان) diambil dari kata kerja 'aamana' (أمن) -- yukminu' (يؤمن) yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan' menurut Wikipedia bahasa Indonesia (2002:4).
Kata Iman di dalam al-Qur’an digunakan untuk arti yang bermacam- macam. Ar- Raghib al- Ashfahani, Ahli Kamus Al- Qur’an (1995:7) mengatakan bahwa kata iman didalam al- Qur’an terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya sebatas di bibir saja padahal hati dan perbuatanya tidak beriman, terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya terbatas pada perbuatan saja, sedangkan hati dan ucapannya tidak beriman dan ketiga kata iman terkadang digunakan untuk arti iman yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dalam perbuatan sehari- hari.

Iman adalah keterikatan antara kalbu, ucapan, dan perilaku Aqdun artinya ikatan, keterpaduan, kekompakan menurut Al-Sakawy, Al-Maqasid, Al-Hasanah (1999:140)


2.      Ciri-ciri Orang yang Beriman
Jika iman diartikan percaya , maka ciri-ciri orang yang beriman tidak ad yang mengetahuinya kecuali hanya Allah saja, karena yang tahu isi hati seseornag hanyalah Allah. Karena pengertian iman yang sesungguhnya adalah meliputi aspek kalbu, ucapn dan perilaku atau perbuatan. Maka cirri-ciri ornag ynag beriman akan dapat diketahui, antara lain :
a.       Tawakal
Apabila dibacakan Al-Quran, kalbunya terangsang untuk melaksanakannya seperti dinyatakan anatara lain QS. Al-Anfal(8):2
b.      Mawas diri dan bersikap ilmiah
Pengertian mawas diri disini agar seseorang tidak terpengaruh oleh berbagai kasus dari mana pun datangnya, baik dari kalangan jin dan manusia, bahkan mungkin juga datang drai dirinya sendiriQS. An-Naas (114):1-3
Mawas diri yang berhubungan denagn alam pikiran, yaitu bersikap kritis daalm menerima informasi, terutama daalm memahami nilai-nilai dasar keislaman. Hal ini, diperlukan, agar terhindar dari berbagai fitnah. QS. Ali imran (3):7

Atas dasar pemikiran tersebut hendaknya seseorang tidak dibenarkan menyatakan sesuatu sikap, sebelum mengetahui terlebih dahulu permasalahannya, sebagaiman dinyatakan di daalm Al-quran antara lain QS. Al-Israa’ (17):36
c.       Optimis dalam mengahdapi masa depan
Perjalanan hidup manusia tidak seluurhnya mulus, akan tetapi kadang-kadang mengalami berbagai rintangan dan tantnagn ynag memerlukan pemecahan jalan keluar. Jika suatu tantangan atau permasalahan tidak dapat diselesaikan segera, tantangan tersebut bakan semakin menumpuk. Jika seseorng tidak dapat menghadapi dan menyelesaikan suatu permasalahan, maka orang tersebut dihinggapi penyakit psikis, yang lazim disebut penyakit kejiwaan, antara lain frustasi, nervous, depresi dans ebagainya. Al-quran memberikan petunjuk kepada umat maunisia untuk selalu bersikap optimis karena pada hakikatnya tantnagn, merupakan pelajaran bagi umat manusia. Hal tersebut dinyatakan dalm surah Al-Insyirah (94) ayat 5-6. Jika seseornag telah merasa melaksanakan sesuatu perbuatan dengan penuh perhitungan, tidaklah perlu memikirkan bagaiman hasilnya nanti, karena hasil adalah akibat dari suatu perbuatan. Namun Nabi Muhammad menyatakan bahwa orang hidupnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, adalah orangyang merugi dan jika hidupnya sama dengan hari kemarin berarti tertipu, dan yang bahagia adalah orang yang hidupnya hari ini lebih baik dari hari kemarin. Jika optimisime merupakan suatu sikap yang tercela. Sikap ini seharusnya tidak tercermin pada dirinya mukmin. Hal ini sperti dinyatakan dalam surah Yusuf (12) yat 87, sedangakn sikap putus asa atau yang searti denagn kata tersebut hanay dimiliki oleh orang-orang kafir.

d.      Konsisten dan menepati janji
Janji adalah hutang. Menepati janji adalah membayar hutnag. Sebaliknya ingkar janji adalah suatu pengkhianatan. QS. Al- Maa’idah (5): 1
Seseorang mukmin senantiasa akan menepati janji, denagn Allah, sesame manusia, dan denagn ekologinya (lingkungannya). Seseorang mukmin adalah seorang yang telah berjanji untuk berpandangan dan bersikap denagn yang dikehendaki Allah. Seorang mahasiswa misalnya, ia telah berjanji untuk mengikuti ketentuan-ketentuna yang berlaku di lembaga pendidikan tempat ia studi, baik yang bersifat administrative maupun akademis. Janji tehadap ekologi berarti memenuhi dan memelihara apa yang dibutuhkan oleh lingkungannya, agar btetap berdaya guna dan berhasil guna.
e.       Tidak sombong
Kesombongan merupakan suatu sifat dan sikap ynag tercela yang membahayakan diri maupun orang lain dan lingkungan hidupnya. Seorang yang telah merasa dirinya pandai, karena kesombongannya akan terbalik menjadi bodoh lantaran malas belajar, tidak mau bertanya kepada orang lain yang dianggapnya bodoh. Karen ailmu pengetahuan itu amat luas dna berkembang terus, maka orang yang merasa telah pandai, jelas akan menjadi bodoh. Al-quran surat Luqman (31) ayat 18, menyatakan suatu laranagn terhadap sifat dan sikap yang sombong.


B.     Hakikat Akhlak
1.         Pengertian Akhlakul Karimah
Menurut KBBI (2000:1) akhlak adalah pola perilaku yang berdasarkan kepada dan memanifestasikan nilai-nilai Iman, Islam dan Ihsan.
Abdul Karim Zaidan mendefenisikan akhlaq adalah : “Akhlaq adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya, seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.”
Akhlakul karimah adalah perilaku manusia yang mulia atau perbuatan yang dipandang baik atau mulia yang dibiasakan dan perbuatan yang dipandang baik atau mulia oleh akal serta sesuai dengan ajaran Islam(syara.) yang bersumber dari Al-Qur.an dan Sunnah Nabi Muhammad saw.

Menurut Imam Ghazali (1999:3), akhlak yaitu suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan perbuatan dengan senang tanpa memerlukan penelitian dan pemikiran. Sedangkan karimah berarti mulia, terpuji, baik. Apabila perbuatan yang keluar atau yang dilakukan itu baik dan terpuji menurut syariat dan akal maka perbuatan itu dinamakan akhlak yang mulia atau akhlakul karimah. Selain itu beliau juga mengatakan bahwa ada empat sendi atau akhlak yang baik yang menjadi dasar bagi perbuatan-perbuatan baik, diantaranya :
a.             Kekuatan ilmu yang berwujud hikmah, yaitu kebijaksanaaan yang artinya adalah keadaan jiwa yang bisa menetukan antara hal-hl yang benar dan hal-hal yang salah
b.            Kekuatan amarah yang wujudnya adalah berani, yaitu keadaan kekuatan amarah yang tunduk kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang.
c.             Kekuatan nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yiatu keadaan syahwat yang terdidik oleh akal
d.            Kekuatan keseimbangan diantara yang tiga diatas. Wujudnay adalah adil, yakni kekuatan jiwa mennutun amarah dan keinginan sesuai dengan apa ynag dikehendaki oleh hikmah (kebaikan dan kebijaksanaan). Dari keemapt sendi akhlak tersebut diatas akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik, yaitu jujur, suka member kepada sesamam, tawadu, tabah, tinggi cita-cita, pemaaf, kasih saying terhadap sesame, menghoramati orang lain, qana’ah, sabar, malu, pemurah, berani membela kebenaran, menjaga diri dari hal-hal yang haram.
Menurut Dr Abdul Mannan (2009:1) Akhlakul karimah merupakan manivestasi keimanan dan keislaman paripurna seorang muslim dan muslimah.
2.  Ciri - ciri Orang Berakhlak Mulia
             Adapun ciri orang yang berakhlak mulia dapat dilihat dari perilaku dalam kehidupannya sehari-hari. Paling tidak ada 4 ciri yang dimilikinya yaitu
a. Budi pekerti (akhlaknya) terhadap Allah SWT. Orang yang berakhlak mulia, akan selalu taat kepada Allah, yang diaplikasikannya dengan ketaatan beribadah.
b. Budi pekerti yang dipraktekkannya dalam dirinya serta keluarganya.
c. Budi pekertinya terhadap lingkungan, baik alam, fauna dan sebagainya.
d. Budi pekerti terhadap masyarakat, bangsa dan negara. Orang yang  berakhlak mulia, hidupnya berguna bagi masyarakat disekitarnya.
Apabila ciri-ciri tersebut dimiliki seseorang, maka Insya Allah hidupnya akan bahagia, baik di dunia maupun di akherat kelak.
C.    Peran Iman dalam Meningkatkan Akhlakul Karimah
Iman  memliki peranan yang sangat penting untuk meningkatkan akhlakul karimah, karena dari iman-lah akan muncul kepercayaan yang mampu dibuktikan dengan perbuatan yang dalam hal ini yaitu dibuktikan dengan akhlakul karimah. Di antara peranan iman itu adalah sebagai berikut :
a.       Iman sebagai sumber kehidupan
Iman dalam kehidupan adalah sebagai buah dari satu-satunya latar belakang diciptakannya manusia, yaitu untuk beribadah (menyembah) kepada Allah swt. Karena iman merupakan cermin dari berbagai aktivitas ibadah kepada Allah swt. Tanpa buah (iman) ini maka ibadah hanyalah sebagai upacara dan gerak-gerik yang tidak memiliki nilai dan manfaat apa-apa. Iman akan dimiliki oleh siapa saja yang secara sungguh-sungguh memahami, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam. siapa saja yang berhasil memiliki iman sebagai karakter dalam dirinya tentu ia akan menjadi orang yang paling beruntung, baik di dunia maupun di akhirat. Orang beriman dan berakhlak tidak memerlukan pencitraan apalagi memaksakan kehendak. Baginya, kepentingan bersama jauh lebih penting daripada kepentingan pribadi dan golongannya.  Betapa indahnya jika semua elemen bangsa memiliki karakter iman. Yang dapat diwujudkan dengan aklakul karimah yaitu saling memahami, mengutamakan toleransi dalam berbeda pendapat, saling menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan dan bergerak demi keutuhan bangsa dan negara. Perlu diingat pula bahwa kecanggihan teknologi, sistem, dan regulasi apa pun, tidak akan memberi manfaat maksimal jika pribadi-pribadi bangsa ini tidak memiliki iman yang seimbang dengan akhlakul karimah. Akal dan nurani seorang setiap manusia dapat dilihat melalui kelakuan yang biasa ia tampakkan dalam keseharian. Dengan kata lain, iman dan akhlak merupakan satuan ukuran yang digunakan untuk mengukur ketinggian akal dan nurani seseorang.
b.      iman sebagai pentu akhlakul karimah
Aqidah yang kuat merupakan akar bagi tegak dan kokohnya bangunan Islam. Kemudian syariah dan ibadah merupakan cabang-cabang yang akan membuatnya semakin rimbun, tampak subur, teduh dan kian menjulang. Sementara akhlak adalah buah yang akan dihasilkan oleh pohon yang berakarkan aqidah serta bercabang syariah dan berdaun ibadah. Pohon yang baik, tentunya akan menghasilkan buah yang baik. Maka aqidah, syariah serta ibadah yang mantab (iman) tentunya akan menghasilkan akhlak yang mantab pula, yaitu akhlakul karimah.
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
c.       Iman sebagai pelahir akhlakul karimah(sikap ikhlas dan konsekuen)
Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih, kecuali dengan keridaan Allah. Senantiasa konsekuen dengan apa yang diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Pedomannya pada firman Allah QS Al-An’am, 162 : Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
Oleh karena itu, iman sangat mempengaruhi akhlakul karimah seseorang Karena iman merupakan sumber dari akhlakul karimah.
d.      Iman sebagai penuntas masalah
Iman dan Akhlakul karimah terbukti efektif dalam menuntaskan suatu permasalahan serumit apa pun.
Sebagai bukti, ketika Muhammad masih belum menerima wahyu, beliau mampu memberikan solusi atas sengketa para pemuka Quraisy yang berebut ingin mengangkat hajar aswad saat pemugaran Ka'bah telah usai. Masing-masing pemuka suku bersikeras dan merasa dirinya paling berhak untuk mengangkat hajar aswad. Pertentangan itu nyaris meletuskan peperangan.
Menghadapi situasi tersebut, beliau meminta sorban, kemudian hajar aswad diletakkan di atas sorban tersebut. Lalu, masing-masing pemuka Qurasisy memegang ujung sorban dan bersama-sama mengangkatnya. Kekisruhan pun mulai reda dan akhirnya sirna karena semua pihak merasa tidak dirugikan.
Bahkan, jauh ketika masa menjelang remaja, Muhammad SAW dicintai masyarakatnya karena kejujurannya. Ternyata masyarakat yang tidak mengenal adab pun ketika itu masih memiliki nurani dengan memberikan gelar al-amin (tepercaya) kepada putra Abdullah itu. Ini bukti bahwa sampai kapan pun akhlakul karimah akan selalu dicintai umat manusia.
Dalam sejarah kehidupan manusia, masalah, konflik, beda pendapat, senantiasa akan hadir. Oleh karena itu, Islam membawa ajaran yang mewajibkan seluruh umatnya memiliki iman dan akhlakul karimah. Mengutamakan toleransi dari pada konfrontasi, kasih sayang dari padasifat garang, simpati daripada benci. Dalam konteks sederhana, orang berakhlak ialah orang yang sportif dalam bahasa olahraga. Apabila salah, ia katakan salah dan apabila benar maka ia pun siap mengungkapkan sesuai fakta yang terjadi. Menang tidak menjadikannya sombong, kalahpun tak membuatnya menjadi pendengki
e.       Iman sebagai Pencegah Penyakit
Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu dikarenakan, semua gerak dan perbuatan manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan, tidal lebih dari proses atau reaksi kimia yangterjadi di dalam tubuh. Kerja bermacam-macam hormon diatur oleh hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofise yang terletak disamping bawah otak. Pengaruh dan keberhasilan kelenjar hipofise ditentukan oleh gen yang dibawa manusia semenjak masih berbentuk zygot 
Dalam hal ini iman mampu mengatur hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku dan akhlak manusia. Jika karena pengaruh tanggapan, baik indera maupun akal, terjadi perubahan fisiologis tubuh, seperti marah, takut, putus asa, dan lemah, maka keadaan inidapat dinormalisir kembali dengan iman. Oleh karena itu, orang-orang yang dikontrol oleh iman dan akhlakul karimah tidak akan terkena penyakit modern, seperti darah tinggi,diabetes, dan kanker. Sebaliknya jika seseorang jauh dari prinsip iman, hidupnya akan dikuasai oleh kepanikan dan ketekutan. Hal itu akan menyebabkan tingginya produksi adrenalindan senyawa lainnya. Selanjutnya berpengaruh negatif terhadap biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseeimbangan hormon dan kimiawiakan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme tubuh.Sehingga, timbullah penyakit, rasa sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.














BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Iman  memliki peranan yang sangat penting untuk meningkatkan akhlakul karimah, karena dari iman-lah akan muncul kepercayaan yang mampu dibuktikan dengan perbuatan yang dalam hal ini yaitu dibuktikan dengan akhlakul karimah. Iman juga memiliki peran sebagai sumber kehidupan karena iman sebagai buah dari satu-satunya latar belakang diciptakannya manusia, yaitu untuk beribadah (menyembah) kepada Allah swt. Selain itu iman juga sebagai penentu akhlakul karimah karena jika seseorang memiliki iman yang kuat maka niscaya orang itu akan memiliki akhlakul karimah yang dapat diwujudkan dengan perilakunya, iman dan kahlakul karimah juga dapat berperan sebagai penunutas masalah yang dihadapi seseorang seperti halnya yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Selain hal diatas, Iman juga berperan sebagai pencegah penyakit karena Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu dikarenakan, semua gerak dan perbuatan manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan, tidak lebih dari proses atau reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh orang-orang yang dikontrol oleh iman dan akhlakul karimah tidak akan terkena penyakit modern, seperti darah tinggi,diabetes, dan kanker. Sebaliknya jika seseorang jauh dari prinsip iman, hidupnya akan dikuasai oleh kepanikan dan ketekutan. Hal itu akan menyebabkan tingginya produksi adrenalindan senyawa lainnya. Selanjutnya berpengaruh negatif terhadap biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas serta Iman juga berperan sebagai pelahir akhlakul karimah (sikap ikhlas dan konsekuen) Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih, kecuali dengan keridaan Allah. Senantiasa konsekuen dengan apa yang diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya.

B.     SARAN
Tanpa iman kita tidak mungkin mempunyai sebuah akhlakul karimah, karena akhlak datangnya dari hati kita yang dimana kita simpan sebuah keimanan setiap manusia. Orang beriman pasti dia berakhlak, tanpa itu kita tidak akan menjadi manusia yang berguna di bumi ini. Jadi biasakan hidup beriman, niscaya akhlak kita akan selalu di tuntun oleh Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Nurdin Ali, Syaiful Mikdar, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Universitas Terbuka
Ibnu Syairy. 2009. Buletin Cahaya. Sumatera Selatan:Pimpinan Wilayah Muhammadiyah
Kafirun, Murtadin. 2011.Akhlakul karimah.Jakarta
Alhanif.2011. Adab dan Perilaku. Cilegon, Banten: Pendidikan Dakwah dan Sosial

Dr Abdul Mannan.2011. Akhlakul Karimah...Oh Indahnya.Jakarta:Republika Koran

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kamus Bahasa Arab

Wikipedia bahasa Indonesia. 2002

Yayasan Alhanif, 2009, Http://www.yayasanalhanif.org/april-n akhlakul karimah / 15 April 2012







PERAN IMAN DALAM MENINGKATKAN AKHLAKUL KARIMAH

Disusun sebagai salah satu tugas individu mata kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pembina : Drs. H. Muh. Arif K, S.Pd, M.Hum



Disusun Oleh :
NAMA           : DARMAWATI
NIM               : 114 704 0334
KELAS           : 21 B



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2012

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking