BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Iman merupakan salah satu unsur
utama yang harus dimiliki seorang muslim dan muslimah dalam rangka meningkatkan
akhlakul karimah. Selain itu, saya berpendapat bahwa iman memiliki arti percaya
yang dapat diwujudkan dengan membenarkan, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan
dengan perbuatan yang tak lepas dari akhlakul karimah.
Untuk lebih jelasnya, pengertian iman
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000:1) yaitu kepercayaan kepada Tuhan (berkaitan
dengan agama : keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, Nabi, Kitab Suci,
Ketetapan dan Keteguhan hati). Sedangkan menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al
‘Utsaimin (2000:2), iman adalah pengakuan yang melahirkan sikap menerima dan
tunduk, kata beliau makna ini cocok dengan makna iman dalam istilah syari’at. Oleh
karena itu, jika kita ingin memiliki akhlakul karimah, kita harus beriman
(percaya) terlebih dahulu terhadap rukun iman serta menerima dan tunduk
terhadap rukun iman tersebut.
Diharapkan bagi kaum muslim dan
muslimah dengan baik, agar memiliki akhlakul karimah sesuai ajaran islam dan
sesuai perbuatan Nabi Muhammad SAW yang tidak lepas dari iman seseorang. Karena
iman menurut Ahlusunnah Waljamaah (1999:2) merupakan ikrar dalam hati,
diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota tubuh, maksud dari
pernyataan diatas yaitu ‘Iman itu berupa ikrar dalam hati’ artinya hati
menerima semua ajaran yang dibawa oleh Rasul shallallahu ‘alahi wa sallam. ‘Diucapkan
dengan lisan’ artinya mengucapkan dua kalimat syahadat ‘asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna
Muhammadar rasulullah’. Sedangkan ‘Diamalkan dengan anggota tubuh’
artinya amal hati yang berupa keyakinan-keyakinan dan beramal dengan anggota tubuh
yang lainnya dengan melakukan ibadah-ibadah sesuai dengan kemampuannya seperti
pada firman Allah SWT dalam surah An-Nisa’ :136 yang artinya “Wahai orang-orang
yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad SAW) dan
kepada Kitab(Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab
diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu
telah tersesat sangat jauh”.
Sehubungan uraian diatas, maka
penulis beranggapan jika seseorang tidak memiliki sikap iman maka orang itu
termasuk orang yang merugi dunia dan akhirat serta orang itu telah mengingkari
kehendak sang maha pencipta dan orang itu tidak termasuk orang yang memiliki
akhlakul karimah. Karena akhlakul karimah itu merupakan manivestasi keimanan
dan keislaman paripurna seorang muslim dan muslimah.
Namun kenyataannya, uraian diatas
sangat bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat. Buktinya
masih banyak orang muslim dan muslimah yang beriman kepada Allah, namun masih
suka menggosip atau membicarakan aib orang lain, selain itu adapula orang
memiliki akhlakul karimah namun imannya masih kurang, contohnya dia selalu taat
kepada orang tua, sopan santun, ramah dsb tetapi tingkat ibadahnya masih
rendah.
Berdasarkan fenomena yang ada, maka
penulis memberikan penguatan yang berjudul “ Peran iman dalam meningkatkan
akhlakul karimah” agar nantinya iman dan akhlakul karimah bisa kita laksanakan
dan amalkan sesuai perintah Allah SWT agar kita tidak termasuk orang yang
tersesat dan merugi baik di dunia maupun di akhirat kelak.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dari
latar belakang diatas, Adapun masalah yang dapat dirumuskan penulis adalah bagaimana
peranan iman dalam meningkatkan akhlakul karimah seorang muslim dan muslimah
C.
TUJUAN
PENULISAN
Dari
rumusan masalah diatas, Adapun tujuan yang dapat dituliskan penulis adalah untuk mengetahui tentang peranan iman
dalam meningkatkan akhlakul karimah seorang muslim dan muslimah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Iman
1. Pengertian Iman
Menurut
KBBI (2001:4) secara bahasa , iman berarti membenarkan (tashdiq), sementara
menurut istilah adalah mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan
mengamalkan dalam perbuatannya. Adapun iman menurut pengertian istilah yang
sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh
keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan
hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari- hari.
Iman
adalah keterkaitan antara kalbu, ucapan, dan perilaku menurut Al-Sakawy dalam,
Al-Maqasid, Al-Hasanah (1998:140).
Iman (bahasa Arab:الإيمان) secara etimologis berarti 'percaya'.
Perkataan iman (إيمان) diambil dari kata kerja 'aamana' (أمن) --
yukminu' (يؤمن) yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan' menurut Wikipedia bahasa Indonesia (2002:4).
Kata
Iman di dalam al-Qur’an digunakan untuk arti yang bermacam- macam. Ar- Raghib
al- Ashfahani, Ahli Kamus Al- Qur’an (1995:7) mengatakan bahwa kata iman
didalam al- Qur’an terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya sebatas di
bibir saja padahal hati dan perbuatanya tidak beriman, terkadang digunakan
untuk arti iman yang hanya terbatas pada perbuatan saja, sedangkan hati dan
ucapannya tidak beriman dan ketiga kata iman terkadang digunakan untuk arti
iman yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dalam
perbuatan sehari- hari.
Iman
adalah keterikatan antara kalbu, ucapan, dan perilaku Aqdun artinya ikatan,
keterpaduan, kekompakan menurut Al-Sakawy, Al-Maqasid, Al-Hasanah (1999:140)
2. Ciri-ciri Orang yang Beriman
Jika iman
diartikan percaya , maka ciri-ciri orang yang beriman tidak ad yang
mengetahuinya kecuali hanya Allah saja, karena yang tahu isi hati seseornag
hanyalah Allah. Karena pengertian iman yang sesungguhnya adalah meliputi aspek
kalbu, ucapn dan perilaku atau perbuatan. Maka cirri-ciri ornag ynag beriman
akan dapat diketahui, antara lain :
a.
Tawakal
Apabila dibacakan Al-Quran, kalbunya
terangsang untuk melaksanakannya seperti dinyatakan anatara lain QS.
Al-Anfal(8):2
b.
Mawas
diri dan bersikap ilmiah
Pengertian mawas diri disini agar
seseorang tidak terpengaruh oleh berbagai kasus dari mana pun datangnya, baik
dari kalangan jin dan manusia, bahkan mungkin juga datang drai dirinya
sendiriQS. An-Naas (114):1-3
Mawas diri yang berhubungan denagn
alam pikiran, yaitu bersikap kritis daalm menerima informasi, terutama daalm
memahami nilai-nilai dasar keislaman. Hal ini, diperlukan, agar terhindar dari
berbagai fitnah. QS. Ali imran (3):7
Atas dasar pemikiran tersebut
hendaknya seseorang tidak dibenarkan menyatakan sesuatu sikap, sebelum
mengetahui terlebih dahulu permasalahannya, sebagaiman dinyatakan di daalm
Al-quran antara lain QS. Al-Israa’ (17):36
c.
Optimis
dalam mengahdapi masa depan
Perjalanan hidup manusia tidak
seluurhnya mulus, akan tetapi kadang-kadang mengalami berbagai rintangan dan
tantnagn ynag memerlukan pemecahan jalan keluar. Jika suatu tantangan atau
permasalahan tidak dapat diselesaikan segera, tantangan tersebut bakan semakin
menumpuk. Jika seseorng tidak dapat menghadapi dan menyelesaikan suatu
permasalahan, maka orang tersebut dihinggapi penyakit psikis, yang lazim
disebut penyakit kejiwaan, antara lain frustasi, nervous, depresi dans
ebagainya. Al-quran memberikan petunjuk kepada umat maunisia untuk selalu
bersikap optimis karena pada hakikatnya tantnagn, merupakan pelajaran bagi umat
manusia. Hal tersebut dinyatakan dalm surah Al-Insyirah (94) ayat 5-6. Jika
seseornag telah merasa melaksanakan sesuatu perbuatan dengan penuh perhitungan,
tidaklah perlu memikirkan bagaiman hasilnya nanti, karena hasil adalah akibat
dari suatu perbuatan. Namun Nabi Muhammad menyatakan bahwa orang hidupnya hari
ini lebih jelek dari hari kemarin, adalah orangyang merugi dan jika hidupnya
sama dengan hari kemarin berarti tertipu, dan yang bahagia adalah orang yang
hidupnya hari ini lebih baik dari hari kemarin. Jika optimisime merupakan suatu
sikap yang tercela. Sikap ini seharusnya tidak tercermin pada dirinya mukmin.
Hal ini sperti dinyatakan dalam surah Yusuf (12) yat 87, sedangakn sikap putus
asa atau yang searti denagn kata tersebut hanay dimiliki oleh orang-orang
kafir.
d.
Konsisten
dan menepati janji
Janji adalah hutang. Menepati janji
adalah membayar hutnag. Sebaliknya ingkar janji adalah suatu pengkhianatan. QS.
Al- Maa’idah (5): 1
Seseorang mukmin senantiasa akan
menepati janji, denagn Allah, sesame manusia, dan denagn ekologinya
(lingkungannya). Seseorang mukmin adalah seorang yang telah berjanji untuk
berpandangan dan bersikap denagn yang dikehendaki Allah. Seorang mahasiswa
misalnya, ia telah berjanji untuk mengikuti ketentuan-ketentuna yang berlaku di
lembaga pendidikan tempat ia studi, baik yang bersifat administrative maupun
akademis. Janji tehadap ekologi berarti memenuhi dan memelihara apa yang
dibutuhkan oleh lingkungannya, agar btetap berdaya guna dan berhasil guna.
e.
Tidak
sombong
Kesombongan merupakan suatu sifat
dan sikap ynag tercela yang membahayakan diri maupun orang lain dan lingkungan
hidupnya. Seorang yang telah merasa dirinya pandai, karena kesombongannya akan
terbalik menjadi bodoh lantaran malas belajar, tidak mau bertanya kepada orang
lain yang dianggapnya bodoh. Karen ailmu pengetahuan itu amat luas dna
berkembang terus, maka orang yang merasa telah pandai, jelas akan menjadi
bodoh. Al-quran surat Luqman (31) ayat 18, menyatakan suatu laranagn terhadap
sifat dan sikap yang sombong.
B. Hakikat Akhlak
1.
Pengertian
Akhlakul Karimah
Menurut KBBI (2000:1) akhlak adalah pola
perilaku yang berdasarkan kepada dan memanifestasikan nilai-nilai Iman, Islam
dan Ihsan.
Abdul
Karim Zaidan mendefenisikan akhlaq adalah : “Akhlaq adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa,
yang dengan sorotan dan timbangannya, seseorang dapat menilai perbuatannya baik
atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.”
Akhlakul karimah
adalah perilaku manusia yang mulia atau perbuatan yang dipandang baik atau
mulia yang dibiasakan dan perbuatan yang dipandang baik atau mulia oleh akal
serta sesuai dengan ajaran Islam(syara.) yang bersumber dari Al-Qur.an
dan Sunnah Nabi Muhammad saw.
Menurut Imam Ghazali (1999:3), akhlak yaitu suatu keadaan yang
tertanam di dalam jiwa yang menampilkan perbuatan dengan senang tanpa memerlukan
penelitian dan pemikiran. Sedangkan karimah berarti mulia, terpuji, baik.
Apabila perbuatan yang keluar atau yang dilakukan itu baik dan terpuji menurut
syariat dan akal maka perbuatan itu dinamakan akhlak yang mulia atau akhlakul
karimah. Selain itu beliau juga mengatakan bahwa ada empat sendi atau akhlak
yang baik yang menjadi dasar bagi perbuatan-perbuatan baik, diantaranya :
a.
Kekuatan ilmu yang berwujud hikmah, yaitu kebijaksanaaan yang
artinya adalah keadaan jiwa yang bisa menetukan antara hal-hl yang benar dan
hal-hal yang salah
b.
Kekuatan amarah yang wujudnya adalah berani, yaitu keadaan
kekuatan amarah yang tunduk kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang.
c.
Kekuatan nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah,
yiatu keadaan syahwat yang terdidik oleh akal
d.
Kekuatan keseimbangan diantara yang tiga diatas. Wujudnay adalah
adil, yakni kekuatan jiwa mennutun amarah dan keinginan sesuai dengan apa ynag
dikehendaki oleh hikmah (kebaikan dan kebijaksanaan). Dari keemapt sendi akhlak
tersebut diatas akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik, yaitu jujur, suka
member kepada sesamam, tawadu, tabah, tinggi cita-cita, pemaaf, kasih saying
terhadap sesame, menghoramati orang lain, qana’ah, sabar, malu, pemurah, berani
membela kebenaran, menjaga diri dari hal-hal yang haram.
Menurut
Dr Abdul Mannan (2009:1) Akhlakul karimah merupakan
manivestasi keimanan dan keislaman paripurna seorang muslim dan muslimah.
2.
Ciri - ciri Orang Berakhlak Mulia
Adapun ciri orang yang berakhlak mulia dapat dilihat dari perilaku dalam kehidupannya sehari-hari. Paling tidak ada 4 ciri yang dimilikinya yaitu
a. Budi pekerti (akhlaknya) terhadap Allah SWT. Orang yang berakhlak mulia, akan selalu taat kepada Allah, yang diaplikasikannya dengan ketaatan beribadah.
Adapun ciri orang yang berakhlak mulia dapat dilihat dari perilaku dalam kehidupannya sehari-hari. Paling tidak ada 4 ciri yang dimilikinya yaitu
a. Budi pekerti (akhlaknya) terhadap Allah SWT. Orang yang berakhlak mulia, akan selalu taat kepada Allah, yang diaplikasikannya dengan ketaatan beribadah.
b.
Budi pekerti yang dipraktekkannya dalam dirinya serta keluarganya.
c.
Budi pekertinya terhadap lingkungan, baik alam, fauna dan sebagainya.
d. Budi pekerti terhadap masyarakat, bangsa dan negara. Orang yang berakhlak mulia, hidupnya berguna bagi masyarakat disekitarnya.
d. Budi pekerti terhadap masyarakat, bangsa dan negara. Orang yang berakhlak mulia, hidupnya berguna bagi masyarakat disekitarnya.
Apabila
ciri-ciri tersebut dimiliki seseorang, maka Insya Allah hidupnya akan bahagia,
baik di dunia maupun di akherat kelak.
C.
Peran Iman dalam Meningkatkan Akhlakul Karimah
Iman memliki
peranan yang sangat penting untuk meningkatkan akhlakul karimah, karena dari
iman-lah akan muncul kepercayaan yang mampu dibuktikan dengan perbuatan yang
dalam hal ini yaitu dibuktikan dengan akhlakul karimah. Di antara peranan iman
itu adalah sebagai berikut :
a. Iman
sebagai sumber kehidupan
Iman dalam kehidupan
adalah sebagai buah dari satu-satunya latar belakang diciptakannya manusia,
yaitu untuk beribadah (menyembah) kepada Allah swt. Karena iman merupakan
cermin dari berbagai aktivitas ibadah kepada Allah swt. Tanpa buah (iman) ini maka
ibadah hanyalah sebagai upacara dan gerak-gerik yang tidak memiliki nilai dan
manfaat apa-apa.
Iman
akan dimiliki oleh siapa saja yang secara sungguh-sungguh memahami, meyakini,
dan mengamalkan ajaran Islam. siapa saja yang berhasil memiliki iman sebagai
karakter dalam dirinya tentu ia akan menjadi orang yang paling beruntung, baik
di dunia maupun di akhirat. Orang beriman dan berakhlak tidak memerlukan
pencitraan apalagi memaksakan kehendak. Baginya, kepentingan bersama jauh lebih
penting daripada kepentingan pribadi dan golongannya. Betapa indahnya jika semua elemen bangsa
memiliki karakter iman. Yang dapat diwujudkan dengan aklakul karimah yaitu
saling memahami, mengutamakan toleransi dalam berbeda pendapat, saling
menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan dan bergerak demi keutuhan
bangsa dan negara. Perlu diingat pula bahwa kecanggihan teknologi, sistem, dan
regulasi apa pun, tidak akan memberi manfaat maksimal jika pribadi-pribadi
bangsa ini tidak memiliki iman yang seimbang dengan akhlakul karimah. Akal dan nurani seorang setiap manusia dapat dilihat
melalui kelakuan yang biasa ia tampakkan dalam keseharian. Dengan kata lain, iman
dan akhlak merupakan satuan ukuran yang digunakan untuk mengukur ketinggian akal
dan nurani seseorang.
b. iman
sebagai pentu akhlakul karimah
Aqidah yang kuat merupakan
akar bagi tegak dan kokohnya bangunan Islam. Kemudian syariah dan ibadah
merupakan cabang-cabang yang akan membuatnya semakin rimbun, tampak subur, teduh
dan kian menjulang. Sementara akhlak adalah buah yang akan dihasilkan oleh
pohon yang berakarkan aqidah serta bercabang syariah dan berdaun ibadah. Pohon
yang baik, tentunya akan menghasilkan buah yang baik. Maka aqidah, syariah
serta ibadah yang mantab (iman) tentunya akan menghasilkan akhlak yang mantab
pula, yaitu akhlakul karimah.
“Mukmin yang paling sempurna
imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
c. Iman sebagai pelahir akhlakul karimah(sikap ikhlas dan konsekuen)
Iman memberi pengaruh pada seseorang
untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih,
kecuali dengan keridaan Allah. Senantiasa konsekuen dengan apa yang diikrarkannya,
baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Pedomannya pada firman Allah QS
Al-An’am, 162 : Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam.”
Oleh karena
itu, iman sangat mempengaruhi akhlakul karimah seseorang Karena iman merupakan
sumber dari akhlakul karimah.
d. Iman sebagai penuntas masalah
Iman
dan Akhlakul karimah terbukti efektif dalam menuntaskan suatu permasalahan
serumit apa pun.
Sebagai bukti, ketika Muhammad masih belum menerima wahyu, beliau mampu memberikan solusi atas sengketa para pemuka Quraisy yang berebut ingin mengangkat hajar aswad saat pemugaran Ka'bah telah usai. Masing-masing pemuka suku bersikeras dan merasa dirinya paling berhak untuk mengangkat hajar aswad. Pertentangan itu nyaris meletuskan peperangan.
Menghadapi situasi tersebut, beliau meminta sorban, kemudian hajar aswad diletakkan di atas sorban tersebut. Lalu, masing-masing pemuka Qurasisy memegang ujung sorban dan bersama-sama mengangkatnya. Kekisruhan pun mulai reda dan akhirnya sirna karena semua pihak merasa tidak dirugikan.
Bahkan, jauh ketika masa menjelang remaja, Muhammad SAW dicintai masyarakatnya karena kejujurannya. Ternyata masyarakat yang tidak mengenal adab pun ketika itu masih memiliki nurani dengan memberikan gelar al-amin (tepercaya) kepada putra Abdullah itu. Ini bukti bahwa sampai kapan pun akhlakul karimah akan selalu dicintai umat manusia.
Dalam sejarah kehidupan manusia, masalah, konflik, beda pendapat, senantiasa akan hadir. Oleh karena itu, Islam membawa ajaran yang mewajibkan seluruh umatnya memiliki iman dan akhlakul karimah. Mengutamakan toleransi dari pada konfrontasi, kasih sayang dari padasifat garang, simpati daripada benci. Dalam konteks sederhana, orang berakhlak ialah orang yang sportif dalam bahasa olahraga. Apabila salah, ia katakan salah dan apabila benar maka ia pun siap mengungkapkan sesuai fakta yang terjadi. Menang tidak menjadikannya sombong, kalahpun tak membuatnya menjadi pendengki
Sebagai bukti, ketika Muhammad masih belum menerima wahyu, beliau mampu memberikan solusi atas sengketa para pemuka Quraisy yang berebut ingin mengangkat hajar aswad saat pemugaran Ka'bah telah usai. Masing-masing pemuka suku bersikeras dan merasa dirinya paling berhak untuk mengangkat hajar aswad. Pertentangan itu nyaris meletuskan peperangan.
Menghadapi situasi tersebut, beliau meminta sorban, kemudian hajar aswad diletakkan di atas sorban tersebut. Lalu, masing-masing pemuka Qurasisy memegang ujung sorban dan bersama-sama mengangkatnya. Kekisruhan pun mulai reda dan akhirnya sirna karena semua pihak merasa tidak dirugikan.
Bahkan, jauh ketika masa menjelang remaja, Muhammad SAW dicintai masyarakatnya karena kejujurannya. Ternyata masyarakat yang tidak mengenal adab pun ketika itu masih memiliki nurani dengan memberikan gelar al-amin (tepercaya) kepada putra Abdullah itu. Ini bukti bahwa sampai kapan pun akhlakul karimah akan selalu dicintai umat manusia.
Dalam sejarah kehidupan manusia, masalah, konflik, beda pendapat, senantiasa akan hadir. Oleh karena itu, Islam membawa ajaran yang mewajibkan seluruh umatnya memiliki iman dan akhlakul karimah. Mengutamakan toleransi dari pada konfrontasi, kasih sayang dari padasifat garang, simpati daripada benci. Dalam konteks sederhana, orang berakhlak ialah orang yang sportif dalam bahasa olahraga. Apabila salah, ia katakan salah dan apabila benar maka ia pun siap mengungkapkan sesuai fakta yang terjadi. Menang tidak menjadikannya sombong, kalahpun tak membuatnya menjadi pendengki
e.
Iman sebagai Pencegah Penyakit
Akhlak, tingkah laku, perbuatan
fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu dikarenakan, semua gerak
dan perbuatan manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan,
maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan,
tidal lebih dari proses atau reaksi kimia yangterjadi di dalam tubuh. Kerja bermacam-macam hormon diatur oleh hormon
yang diproduksi oleh kelenjar hipofise
yang terletak disamping bawah otak. Pengaruh dan keberhasilan kelenjar hipofise ditentukan
oleh gen yang dibawa manusia semenjak masih berbentuk zygot
Dalam hal ini
iman mampu mengatur hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku dan akhlak manusia. Jika karena pengaruh tanggapan, baik indera maupun
akal, terjadi perubahan fisiologis tubuh, seperti marah, takut, putus asa, dan
lemah, maka keadaan inidapat
dinormalisir kembali dengan iman. Oleh karena itu, orang-orang yang dikontrol oleh iman dan akhlakul karimah tidak
akan terkena penyakit modern, seperti darah tinggi,diabetes, dan kanker.
Sebaliknya jika seseorang jauh dari prinsip
iman, hidupnya akan dikuasai oleh kepanikan dan ketekutan. Hal itu akan
menyebabkan tingginya produksi adrenalindan
senyawa lainnya. Selanjutnya berpengaruh negatif terhadap biologi tubuh serta
lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseeimbangan hormon dan kimiawiakan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses
metabolisme tubuh.Sehingga, timbullah
penyakit, rasa sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu
dibayangi oleh kematian.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Iman memliki peranan yang sangat penting untuk
meningkatkan akhlakul karimah, karena dari iman-lah akan muncul kepercayaan
yang mampu dibuktikan dengan perbuatan yang dalam hal ini yaitu dibuktikan
dengan akhlakul karimah. Iman juga memiliki peran sebagai sumber kehidupan
karena iman sebagai buah dari satu-satunya latar belakang
diciptakannya manusia, yaitu untuk beribadah (menyembah) kepada Allah swt. Selain itu iman juga sebagai
penentu akhlakul karimah karena jika seseorang memiliki iman yang kuat maka niscaya
orang itu akan memiliki akhlakul karimah yang dapat diwujudkan dengan
perilakunya, iman dan kahlakul karimah juga dapat berperan sebagai penunutas
masalah yang dihadapi seseorang seperti halnya yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW. Selain hal diatas, Iman juga berperan
sebagai pencegah penyakit karena Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik
seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia
mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu dikarenakan, semua gerak dan perbuatan
manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan, tidak lebih dari
proses atau reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh orang-orang yang dikontrol oleh iman dan akhlakul karimah tidak akan terkena penyakit
modern, seperti darah tinggi,diabetes, dan kanker. Sebaliknya jika seseorang jauh dari prinsip iman,
hidupnya akan dikuasai oleh kepanikan dan ketekutan. Hal itu akan
menyebabkan tingginya produksi adrenalindan
senyawa lainnya. Selanjutnya berpengaruh negatif terhadap biologi tubuh serta
lapisan otak bagian atas serta Iman juga
berperan sebagai pelahir akhlakul karimah (sikap ikhlas dan konsekuen) Iman memberi pengaruh pada seseorang
untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih,
kecuali dengan keridaan Allah. Senantiasa konsekuen dengan apa yang diikrarkannya,
baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya.
B.
SARAN
Tanpa iman kita tidak mungkin mempunyai sebuah
akhlakul karimah, karena akhlak datangnya dari hati kita yang dimana kita
simpan sebuah keimanan setiap manusia. Orang beriman pasti dia berakhlak, tanpa
itu kita tidak akan menjadi manusia yang berguna di bumi ini. Jadi biasakan
hidup beriman, niscaya akhlak kita akan selalu di tuntun oleh Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Nurdin Ali, Syaiful Mikdar, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Universitas
Terbuka
Ibnu Syairy. 2009. Buletin
Cahaya. Sumatera Selatan:Pimpinan Wilayah Muhammadiyah
Kafirun, Murtadin. 2011.Akhlakul
karimah.Jakarta
Alhanif.2011. Adab dan Perilaku.
Cilegon, Banten: Pendidikan Dakwah dan Sosial
Dr Abdul Mannan.2011. Akhlakul Karimah...Oh Indahnya.Jakarta:Republika Koran
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kamus Bahasa Arab
Wikipedia bahasa Indonesia. 2002
Yayasan Alhanif, 2009, Http://www.yayasanalhanif.org/april-n akhlakul karimah / 15 April 2012
PERAN IMAN DALAM MENINGKATKAN
AKHLAKUL KARIMAH
Disusun
sebagai salah satu tugas individu mata kuliah Filsafat Ilmu
Dosen
Pembina : Drs. H. Muh. Arif K, S.Pd, M.Hum
Disusun
Oleh :
NAMA : DARMAWATI
NIM :
114 704 0334
KELAS : 21 B
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2012
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking